Penerjemah

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Cari Postingan

Kamis, 08 Oktober 2020

Penambahan Buku Ensiklopedi Dari bapak H. Ibnu Chottob

Alhamdulillah perpustakaan SMP Fastabiqul Khairat mendapat tambahan koleksi, sumbangan buku Encyclopedia International dari Ketua Harian Yayasan Fastabiqul Khairat Bp. H. Ibnu Chotob. sebanyak 20 eksemplar yang terdiri dari buku 1 s/d buku 20.

Selain menambah koleksi buku di perpustakaan insyaAllah juga menambah ilmu serta keberkahan untuk kita semua.


Salam Harmoni...!!!




Selasa, 06 Oktober 2020

Sape' (Alat Musik Tradisional Kalimantan)

Sumber : Kemdikbud RI

Sapek, adalah sejenis alat musik tradisional yang berasal dari Kalimantan Timur. Alat musik ini berfungsi sebagai alat upacara dan juga alat kesenian. Alat musik sapek merupakan salah satu jenis alat musik petik yang sangat terkenal pada masyarakat Dayak Kenyah di Kalimantan Timur. Pada awalnya sapek mempunyai dua dawai seperti sapek habae yang pernah ada di daerah hulu sungai Mahakam atau sambe dalam tradisi Suku Kenyah di Apokayan. Kemudian berkembang menjadi tiga dawai, bahkan belakangan ini justru ada yang menggunakan empat sampai lima dawai. Sapek biasanya dimainkan oleh seorang pria, sehingga jarang kita temukan pemain sapek wanita sampai saat ini. Bahkan menurut sebagian masyakarat beranggapan bahwa wanita yang memainkan sapek akan dikutuk dewa sehingga payudaranya akan memanjang atau akan menjadi lelaki. Hal tersebut juga terjadi pada beberapa Suku Dayak di daerah Serawak Malaysia, yang menyatakan bahwa seorang lelaki memiliki dua harta yang sangat berharga yaitu sapek dan penis. Hal ini kiranya memberikan gambaran bahwa alat musik Sapek hanya dimiliki oleh kaum lelaki. Para kaum wanita hanya boleh memainkan alat musik Sapek Leto. Di daerah lain seperti daerah Mentarang dan Apokayan menyebut sapek leto dengan nama lutung atau betung. Alat musik leto merupakan jenis alat musik petik tiga dawai yang terbuat dari tabung bamboo. Alat musik tersebut juga dikenal di daerah lain, seperti di Jawa dinamakan gumbeng. Namun demikian, sekarang ini jenis alat musik tersebut sudah jarang dijumpai lagi, baik di daerah Kalimantan maupun di Jawa.

Bahan pembuatannya terbuat dari kayu aro atau adau (cephalomappa), kayu marong dan kayu pelantan yang banyak ditemukan di daerah-daerah hutan di Kalimantan. Namun belakangan ini banyak jenis kayu lain yang dipakai untuk membuat sapek, seperti kayu nangka, sana keeling, pule dan lain sebagainya. Bahan kayu tersebut dipergunakan karena telah teruji kualitas keawetan, lebih ringan, tidak mudah patah dan memiliki kualitas akustik yang baik.